Proses belajar bagi siswa tidak hanya di lakukan di dalam kelas saja
tetapi dapat juga di luar kelas agar siswa tidak hanya menguasai materi
pelajaran saja tetapi dapat mengaplikasikan meteri pelajaran secara
langsung dilapangan. Apa lagi dengan perkembangan zaman dari waktu
kewaktu yang terus berubah. Progam study tour ke Yogyakarta ini dapat
bertujuan agar siswa siswi mengetahui sejarah serta dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi siswa siswi khususnya Siswa siswi SDN PUNTUKDORO 3 Kelas V dan VI.
Sedangkan maksud dan tujuan dilaksanakannya kegiatan study tour bagi siswa kelas V dan VI yaitu
- Menambah dan meningkatkan pengetahuan/wawasan tentang nilai-nilai Religius, Sejarah Tekhnologi, Ilmu Pengetahuan dan Rekreasi.
- Meningkatkan apresiasi dan kreasi siswa.
- Meningkatkan rasa cinta tanah air dan budaya bangsa.
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pengalaman baru yang bersifat langsung.
- Membangun keakraban antar siswa dan guru.
- Menyukseskan progam pemerintah “Kenali Negerimu, Cintai Negerimu”
Objek Wisata yang dituju:
- Candi Borobudur
- Taman Pintar
- Pantai Parantritis
1. Gambaran
Umum
Borobudur
adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa
Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang
dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para
penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa
pemerintahan wangsa Syailendra.
2. Sejarah
Candi Borobudur
Borobudur
dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad ke-9. Candi Borobudur dibangun oleh
para penganut agama Buddha Mahayana pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra.
Candi ini dibangun pada masa kejayaan dinasti Syailendra. Pendiri Candi
Borobudur yaitu Raja Samaratungga yang berasal dari wangsa atau dinasti
Syailendra.
Kemungkinan
candi ini dibangun sekitar tahun 824 M dan selesai sekitar menjelang tahun
900-an Masehi pada masa pemerintahan Ratu Pramudawardhani yang adalah putri
dari Samaratungga. Sedangkan arsitek yang berjasa membangun candi ini menurut
kisah turun-temurun bernama Gunadharma.
Candi
ini selama berabad-abad tidak lagi digunakan. Kemudian karena letusan gunung
berapi, sebagian besar bangunan Candi Borobudur tertutup tanah vulkanik. Selain
itu, bangunan juga tertutup berbagai pepohonan dan semak belukar selama
berabad-abad. Kemudian bangunan candi ini mulai terlupakan pada zaman Islam
masuk ke Indonesia sekitar abad ke-15. Pada
tahun 1814 saat Inggris menduduki Indonesia, Sir Thomas Stamford Raffles
mendengar adanya penemuan benda purbakala berukuran raksasa di desa Bumisegoro
daerah Magelang. Karena minatnya yang besar terhadap sejarah Jawa, maka Raffles
segera memerintahkan H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk
menyelidiki lokasi penemuan yang saat itu berupa bukit yang dipenuhi semak
belukar.
Cornelius
dibantu oleh sekitar 200 pria menebang pepohonan dan menyingkirkan semak
belukar yang menutupi bangunan raksasa tersebut. Karena mempertimbangkan
bangunan yang sudah rapuh dan bisa runtuh, maka Cornelius melaporkan kepada
Raffles penemuan tersebut termasuk beberapa gambar.
Karena
penemuan itu, Raffles mendapat penghargaan sebagai orang yang memulai pemugaran
Candi Borobudur dan mendapat perhatian dunia. Pada tahun 1835, seluruh area
candi sudah berhasil digali. Candi ini terus dipugar pada masa penjajahan
Belanda.
Setelah
Indonesia merdeka, pada tahun 1956, pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO
untuk meneliti kerusakan Borobudur. Lalu pada tahun 1963, keluar keputusan
resmi pemerintah Indonesia untuk melakukan pemugaran Candi Borobudur dengan
bantuan dari UNESCO. Namun pemugaran ini baru benar-benar mulai dilakukan pada
tanggal 10 Agustus 1973. Proses pemugaran baru selesai pada tahun 1984. Sejak
tahun 1991, Candi Borobudur ditetapkan sebagai World Heritage Site atau Warisan
Dunia oleh UNESCO.
3. Nama
Borobudur
Banyak
teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa
nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya
"gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur
berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi
menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata
"bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata
vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa
Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah
"tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di
atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah
tinggi.
Sejarawan
J.G. de Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa
sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan
boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.
4. Struktur
Borobudur
Candi
Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri 10 tingkat, berukuran 123 x
123 meter, tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah
direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan.10 tingkat itu
terdiri dari;enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk
bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya, yang menghadap kea
rah barat. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
Jumlah stupa di kompleksnya tersebut 594.
Borobudur
yang bertingkat sepuluh menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva
yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.
·
Kamadhatu, bagian dasar Borobudur,
melambangkan manusia yang masih terikat nafsu.
·
Rupadhatu, empat tingkat di atasnya,
melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu namun masih
terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut, patung Budha diletakkan
terbuka.
·
Arupadhatu, tiga tingkat di atasnya
dimana Budha diletakkan di dalam stupa yang berlubang-lubang. Melambangkan
manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk.
·
Arupa, bagian paling atas yang
melambangkan nirwana, tempat Budha bersemayam
Di
masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua
patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang dikirimkan
kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia Belanda (kini
Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda ketika
itu.
Borobudur
tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah
lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi
dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong inilah umat
Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah
kanan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga
merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk
arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia. Struktur Borobudur bila dilihat
dari atas membentuk struktur Mandala.
5. Relief
Di
setiap tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi. Relief-relief ini
dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna
yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang artinya ialah timur.
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara lain relief-relief
cerita jātaka.
Pembacaan
cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada pintu gerbang
sisi timur di setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan berakhir di
sebelah kanan pintu gerbang itu. Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah
tangga naik yang sesungguhnya (utama) dan menuju puncak candi, artinya bahwa candi
menghadap ke timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Secara
runtutan, maka cerita pada relief candi secara singkat bermakna sebagai berikut
:
a. Karmawibhangga
Salah
satu ukiran Karmawibhangga di dinding candi Borobudur (lantai 0 sudut tenggara)
Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi dinding
batur yang terselubung tersebut menggambarkan hukum karma. Deretan relief
tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), tetapi pada setiap pigura
menggambarkan suatu cerita yang mempunyai korelasi sebab akibat. Relief
tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia
disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik
manusia dan pahala. Secara keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan manusia
dalam lingkaran lahir - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan
oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri untuk menuju
kesempurnaan.
b. Lalitawistara
Merupakan
penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi bukan
merupakan riwayat yang lengkap ) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari
sorga Tusita, dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota
Banaras. Relief ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan, setelah
melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga sisi timur.
Ke-27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia,
sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa
selaku calon Buddha. Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang Buddha di
arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri
Maya dari Negeri Kapilawastu. Relief tersebut berjumlah 120 pigura, yang
berakhir dengan wejangan pertama, yang secara simbolis dinyatakan sebagai
Pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti
"hukum", sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda.
c. Jataka
dan Awadana
Jataka
adalah cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran
Siddharta. Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang membedakan
Sang Bodhisattwa dari makhluk lain manapun juga. Sesungguhnya, pengumpulan
jasa/perbuatan baik merupakan tahapan persiapan dalam usaha menuju ketingkat
ke-Buddha-an.
Sedangkan
Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya bukan
Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab
Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau
seratus cerita Awadana. Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana,
diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam deretan yang sama tanpa
dibedakan. Himpunan yang paling terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah
Jatakamala atau untaian cerita Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup
dalam abad ke-4 Masehi.
d. Gandawyuha
Merupakan
deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah cerita Sudhana yang
berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi
tentang Kebenaran Sejati oleh Sudhana.
Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan
pada kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian
penutupnya berdasarkan cerita kitab lainnya yaitu Bhadracari.
TAMAN
PINTAR
Pembangunan
Taman Pintar dimulai sejak Mei 2006 dan diresmikan pada 9 Juni 2007 oleh
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono X, bersama dua
menteri, yakni Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Kusmayanto Kadiman,
P.hD. dan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Prof. Dr. Bambang Sudibyo,
MBA. Taman ini memadukan secara serasi konsep pendidikan dan konsep permainan
sebagai sarana penyebaran informasi tentang hiburan dan khazanah iptek.
Pendekatan taman ini dalam menyampaikan iptek dilakukan melalui berbagai media
dengan tujuan meningkatkan apresiasi, merangsang rasa ingin tahu, menumbuhkan
kesadaran, dan memancing kreatifitas anak-anak terhadap iptek.
Dengan
pendekatan itulah taman ini memilih maskot berupa “Burung Hantu Memakai
Blangkon”. Burung Hantu dimaknai sebagai burung malam yang mempunyai kepekaan
tinggi, mampu mempelajari, dan mampu merasakan kejadian alam yang ada di
sekitarnya, sedangkan blangkon merupakan pakaian adat Yogyakarta yang digunakan
untuk menutup kepala laki-laki. Adapun moto taman ini menggunakan landasan
filosofis yang diadopsi dari ajaran Ki Hadjar Dewantara, yakni 3N: Niteni
(memahami/mengingat), Nirokake (menirukan), dan Nambahi (mengembangkan).
Dalam
konteks masa kini, filosofi tersebut menemukan relevansinya dengan proses
transfer ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengacu pada konsep 3A, yaitu:
Adopt, Adapt, dan Advance.
2. Motto
taman pintar
Motto
Taman Pintar nampak sederhana yakni tiga-N : “ Niteru, Niroake, Nambahi”
sesungguhnya memiliki kedalaman fisiologinya Ki Hajar Dewantara. Dalam konteks
masa kini, filosofi itu ada konsekwensinya dengan proses transfer teknologi
yang mengacu pada konsep Three – A yaitu : “Adopt, Adapt, Adrance” disebut
taman pintar karena dikawasan ini siswa mulai prasekolah sampai SLTA bisa
dengan leluasa memperdalam pemahamanya soal materi pelajaran yang diterima di
sekolah dan berkreasi.
Pendekatan
untuk menyampaikan lmu pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui berbagai
media dengan tujuan meningkatkan prestasi terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi. Secara garis besar materi isi taman pintar terbagi menurut kelompok
usia dan penekanan materi. Terbagi atas usia tingkat prasekolah hingga taman
kanak-kanak dan sekolah dasar hingga sekolah menengah. Sedangkan menurut
penekanan materi diwujudkan dalam interaksi antara pengunjung dan materi yang
disampaikan melalui anjungan yang ada. Salah satu dari sejumlah permainan yang
disediakan ditaman antara lain : permainan air yang memperkenalan bagaimana
terjadinya pelangi. Permainan yang tidak kalah menariknya adalah permainan
parabola berbisik. Masing-masing anak berdiri di depan parabola yang jaraknya
15 m, kemudian mereka berbisik. Nah temannya yang jauh dari parabola itu nanti
akan mendengar. Itu namanya Leonvort perambatan pantulan gelombang suara, jadi
melalui media udara.
Beberapa
zona di Taman Pintar Yogyakarta :
a. Playground
Tempat
ini ditujukan untuk ruang publik bagi pengunjung dan menyediakan wahana bermain
untuk anak-anak, seperti; Pipa Bercerita, Parabola Berbisik, Rumah Pohon, Air
Menari, Koridor Air, Desaku Permai, Spektrum Warna Dinding Berdendang, Sistem
Katrol, Jembatan Goyang, Jungkat-jungkit, Istana Pasir, Engklek, dan Forum Batu
b. Gedung
Heritage
Sebagai
tempat pendidikan anak usia dini (PAUD), yaitu anak-anak usia pra-sekolah dan
taman kanak-kanak (TK)
c. Gedung
Oval
Pengenalan
linkungan, eksibisi ilmu pengetahuan, zona pemaparan, sejarah dan teknologi
berada di sona ini.
d. Gedung
Kotak
Merupakan
gedung yang terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama; ruang pameran, ruang
audiovisual, radio anak Jogja, food court, dan souvenier counter. Lantai kedua;
zona materi dasar dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, terdiri dari
Indonesiaku, jembatan sains, teknologi populer, teknologi canggih, dan
perpustakaan. Lantai ketiga; terdiri dari laboratorium sains, animasi dan
televisi, serta kelas latihan.
0 Response to "PERSIAPAN STUDY TOUR SDN PUNTUKDORO 3 TAHUN 2015"
Posting Komentar